Barrupos shared

Barrupos.com, Makassar – UNICEF bersama JENEWA sebagai mitranya menginisiasi pencatatan dan pelaporan tata laksana balita gizi buruk melalui sistem PELITA Kesmas di Provinsi Sulawesi Selatan via zoom, dengan target peserta Tim Asuhan Gizi (TAG) di Puskesmas maupun Rumah Sakit di Sulawesi Selatan dengan total peserta kurang lebih 250 orang.

Wasting merupakan masalah gizi dengan tingkat kematian tertinggi diantara semua bentuk masalah kekurangan gizi, dimana anak gizi buruk memiliki risiko kematian 11,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan gizi baik.

Direktur Jenewa Madani Indonesia Surahmansah Said memaparkan bahwa apabila balita wasting tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan berisiko 3 kali menjadi balita stunting.

Berdasarkan hasil SSGI tahun 2022. Prevalensi wasting di Indonesia mengalamai peningkatan dari 7,1% pada tahun 2021 menjadi 7,7% pada tahun 2022.

Sementara angka prevalensi wasting di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil SSGI 2022 juga mengalami peningkatan dari 6,2% pada tahun 2021 menjadi 8,3% pada tahun 2022. Melihat data SSGI 2022 Sulawesi Selatan masih diatas angka rata-rata nasional.

“Wasting merupakan salah satu pemicu anak menjadi stunting maka dari itu hal ini perlu menjadi perhatian bersama, berdasarkan hasil SSGI 2021-2022 ada penurunan angka stunting namun terlihat trend peningkatan akan kasus wasting baik itu gizi kurang maupun gizi buruk baik tingkat nasional maupun se-Sulawesi Selatan Selatan,” paparnya.

“Organisasi global seperti WHO, WFP, UNSCN dan UNICEF yang kemudian diadopsi oleh Kemenkes RI tahun 2019 telah memperkenalkan Pengelolan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) tentunya pendekatan ini dimulai dengan harapan meningkatkan cakupan dan pelayanan gizi buruk yang tepat,” lanjut Surahmansah Said, Selasa, 19 September 2023.

Pencatatan dan pelaporan wasting diperoleh berdasarkan data yang ada platfromnya di Sigizi Terpadu, di dalamnya ada EPPGBM dan PELITA Kesmas, PELITA Kesmas sebagai alat bantu untuk memantau secara online kasus gizi buruk.

Direktur Jenewa Madani Indonsia juga menambahkan bahwa disisi lain di Dinas Kesehatan provinsi memiliki tim asuhan gizi yang unggul, namun masih banyak tim asuhan gizi tingkat puskesmas maupun rumah sakit yang belum melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin.

Sementara itu, menurut Nike Frans selaku Nutrition Officer UNICEF masih banyak tenaga kesehatan yang belum paham akan SOP PELITA Kesmas, maka dari itu mereka menginisasi kegiatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan pencatatan dan pelaporan gizi buruk.

“Selain stunting kita punya PR besar yakni wasting, sering kali wasting ini tidak dibahas namun yang perlu kita ketahui bahwa wasting ini adalah gabungan gizi kurang dan gizi buruk (bentuk kekurangan gizi akut) yang berdampak jangka pendek meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Jika kita mencegah wasting maka kita pun ikut mencegah stunting,” ungkapnya.

“Masalah ini membutuhkan dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah setempat seperti peningkatan kapasitas, selain itu di pusat telah dikembangkan RUTF dengan menggunakan pangan local sebagai intervensi bagi balita yang mengalami gizi buruk. Untuk Sulawesi Selatan kita mengalami peningkatan, dimana tahun 2021 presentase Tim terlatih PKM mampu tatalkasana gizi buruk dibawah 10% dan mengalami peningkatan yakni 50% per Agustus 2023. Namun masih ada separuh (50%) yang perlu ditingkatkan kapasitas, SOP dan SKnya agar gizi buruk ini bisa mendapat penagananan yang tepat. Dalam penaganan gizi buruk, salah satu aspek yang sering terlupakan adalah pencatatan. Sulawesi Selatan memiliki Fasilitataor PGBT yang expert tapi dilapangan masih mengalai kesulitan. Sehingga hari ini dilakukan orientasi ini harapannya kita mampu memahami PELITA Kesmas serta jika ada tantangan atau hambatan dalam pengisian pelaporan dilapangan kita diskusikan pada hari ini, sehingga Puskesmas maupun Rumah Sakit bisa mendata dengan tepat serta bisa terlihat cakupan pelayanan kita,” harap Nike Frans selaku Nutrition Officer UNICEF.

 

Orientasi ini dihadiri oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas, Rumah Sakit serta Dinas Kesehatan dan yang menjadi narasumber pada orientasi ini yakni Ibu Nike Frans selaku Nutrition Officer Unicef ​​​​dan Ibu Rahmatiah SKM., M.Kes selaku Fasilitator PGBT Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan “Berbicara gizi buruk ini berarti bagaimana kita mencegah, semisal memperbaiki pola asuh yang didalamnya ada pola makan, jangan menunggu ada kasus baru kita bergerak tapi bagaimana kita mengupayakan pencegahan”.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya seperti kelas ibu hamil sebagai wadah untuk sosialisasi serta menyatukan 1000 HPK yang mempengaruhi derajat kesehatan anak agar terhindar dari yang namanya wasting.

Seperti diketahui, arah kebijakan yang ada salah satu strateginya adalah dengan perbaikan gizi masyarakat. Pelaksana kegiatan mendorong untuk optimistis kalau Sulawesi Selatan bisa menurunkan angka stunting maupun wasting di bawah target nasional.

Untuk itu, diharapkannya diperlukan kolaborasi kerja-kerja bagaimana menurunkan atau bahkan menuntaskan wasting maupun gizi lebih. Pencatatan dan pelaporan sangat penting dan sudah ada aplikasi yaitu PELITA Kesmas, sisa bagaimana memanfaatkannya dengan baik, peserta yang join hari ini memanfaatkan dengan baik orientasi ini sebagai wadah untuk belajar” pintah Dr. dr. HM Ishaq Iskandar M.Kes, MM, HM

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Silahkan chat disini
Ada yang bisa kami bantu ?